Kebersamaan

on Jumat, 28 November 2008

Kebersamaan kita hari ini adalah episode senyumku di masa depan

Saudaraku, tak terasa telah 48 minggu kita lalui bersama.
Teringat ketika masa itu, diriku dan empat orang kawan baikku diasingkan di sebuah ruangan. Namun, di ruangan yang lain sedang terjadi diskusi alot perihal pemilihan ketua DPM Faperta yang baru. Entah, aku dan kawanku pun tak tau menahu apa yang sedang menjadi perdebatan di ruangan yang lebih di kenal dengan ruang siswa itu. Aku dan kawan-kawan baikku pun tak ingin ambil pusing, tak peduli siapa sajalah nantinya yang akan terpilih menjadi ketua DPM Faperta yang baru, dialah pemimpin kita. Dan seorang pemimpin takkan ada artinya tanpa adanya yang dipimpin. Lalu, tiba-tiba muncullah ide brilliant untuk membuat sebuah manajemen konflik, dan ternyata sukses bung. kelewat sukses bahkan.
Dan saat itulah pertama kalinya tim ini menjadi lebih solid akibat sebuah konflik.
Saat benih rosella tumbuh menjadi kecambah, maka saat itu pulalah kebersamaan ini terus merekah. Kebersamaan yang kita selami bersama di Kebun Raya Cibodas, seiring dengan sebuah kisah tentang pergi dua angkot-pulang satu angkot. Kebersamaan yang kita dayung bersama saat ikatan persaudaraan ini dipupuk dengan buka bersama, walau saat itu ada saudara kita yang harus berlari karena ditinggal angkot, demi beberapa plastik es kelapa. Lagi-lagi tentang angkot kisahnya. Dan kebersamaan lainnya yang kita lalui setiap minggu dengan makan bersama, rapat bersama, masuk ke kelas bersama, dan kebersamaan lainnya. Sungguh saudaraku, kebersamaan ini bisa jadi akan menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan yang membuat hati ini menjadi rindu, layaknya syair Sheila on 7 yang menjadi buah bibir indah di kala kita menatap hari tua.
Saudaraku, ku yakin dalam hatimu, tersimpan sebuah kegundahan. Kegundahan yang muncul karena uangmu telah banyak terpakai untuk program-program kita, kegundahan yang terjadi karena waktu belajarmu telah tersita akibat pleno, Rakom, Rakor, dan Ra Ra yang lainnya. Kegundahan yang muncul ketika kau telah bersemangat untuk hadir rapat, tetapi ternyata belum ada satupun orang yang hadir di sekret ketika itu. Kegundahan-kegundahan lain yang tak pernah kau ungkapkan kepadaku. Namun, saudaraku ternyata rasa kecintaanmu kepadaku, rasa kecintaanmu kepada keluarga ini, telah menghilangkan kegundahan-kegundahanmu itu. Dan dirimu telah membuktikan bahwa ikatan persaudaraan para legislative faperta ini menjadi senjata yang ampuh untuk menghantam rasa letih dan rasa lelah kita.
Dan kini, ketika di penghujung kisah kita, ku ingin mengukir senyuman indah ini bersamamu. Senyuman yang menyemangati kawan-kawan kita yang berjuang di KPR, kawan-kawan kita yang berjuang di PPR serta Panwasra. Senyuman yang menghadirkan energi positif bagi saudara kita yang berjuang keras di masing-masing komisinya. Saudaraku, mari hadirkan senyuman-senyuman itu dengan mengulurkan tangan-tangan kita, dan genggam erat tangan-tangan itu. Hadirkan senyuman indah ini yang akan terus menjadi energi perjuangan kita, bahkan akan menjadi episode terindah di masa depan, sahabatku.